Selamat Datang

Welcome Selamat Datang Wilujeng Sumping Ahlan wa Sahlan

Sabtu, 20 April 2019

INILAH 5 SUNNAH NABI YANG PERLU DIKETAHUI KETIKA PUASA RAMADHAN

5 Sunnah Puasa Ramadhan
Tidak terasa sudah memasuki bulan suci Ramadhan lagi, nah sekedar mengingatkan kembali mengenai hal-hal berkaitan dengan puasa Ramadhan, berikut 5 Sunnah Nabi yang perlu diketahui ketika berpuasa di Bulan Ramadhan.

1- Makan sahur dan mengakhirkannya

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”126 

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Karena dengan makan sahur akan semakin kuat melaksanakan puasa.”127

Makan sahur hendaknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

"Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”128 

Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar berdasarkan hadits Anas berikut,

"Dari Anas bin Malik, Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit pernah bersama makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi pun berdiri untuk pergi shalat, lalu beliau shalat. Kami pun berkata pada Anas, “Berapa lama jarak antara waktu selesai makan sahur dan waktu pengerjaan shalat?” Beliau menjawab, “Sekitar seseorang  membaca  50  ayat.129


Ibnu Hajar  berkata, “Hadits  di atas  menunjukkan jarak antara akhir makan sahur dan mulai shalat.”130  Ibnu Abi Jamroh mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa sahur itu diakhirkan.”131 

2- Menyegerakan  berbuka  puasa 

Dari Sahl bin Sa’ad  radhiyallahu  ‘anhu, Rasulullah  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam bersabda,
"Manusia  akan  senantiasa  berada  dalam  kebaikan  selama  mereka menyegerakan  berbuka.”132 

Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  biasa  berbuka  puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Sebagaimana Anas bin Malik  radhiyallahu ‘anhu  berkata,  “Rasulullah  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  biasanya  berbuka dengan ruthob (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthob, maka beliau berbuka dengan tamer (kurma kering). Dan jika tidak ada  yang  demikian  beliau  berbuka  dengan  seteguk  air.”133 


Hadits Anas di atas juga  mengajarkan  mengenai anjuran  berbuka puasa dengan kurma. Yang dianjurkan ketika berbuka adalah  dengan ruthob (kurma basah), lalu tamr (kurma kering). Jika tidak  didapati kurma, maka boleh digantikan dengan makanan yang manis-manis. Di sini dianjurkan dengan yang manis-manis ketika berbuka karena yang manis tersebut semakin menguatkan orang yang berpuasa. Sedangkan berbuka puasa dengan air bertujuan untuk menyucikan atau menyegarkan. Adapun jika berada di Makkah, dianjurkan berbuka dengan air zam-zam.134 

3- Berdo’a ketika berbuka 

Perlu  diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya  do’a.  Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda, 

"Ada tiga orang yang  do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang  adil, (2) Orang  yang  berpuasa ketika dia berbuka,  (3) Do’a orang  yang terzalimi.”135 

Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena saat itu orang yang  berpuasa  telah menyelesaikan ibadahnya  dalam keadaan tunduk dan merendahkan  diri.136 

Dari Ibnu  Umar  radhiyallahu  ‘anhuma, Rasulullah  shallallahu  ‘alaihi  wa sallam  ketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini, 

Dzahabazh  zhoma-u  wabtallatil  ‘uruuqu  wa  tsabatal  ajru  insya  Allah (artinya:  Rasa  haus  telah  hilang  dan  urat-urat  telah  basah,  dan  pahala telah  ditetapkan  insya  Allah)”137 

Adapun do’a berbuka “allahumma  laka  shumtu  wa  ‘ala  rizqika  afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)”, do’a ini berasal  dari hadits hadits  dho’if  (lemah).138 

4- Memberi makan pada orang yang berbuka 

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

"Siapa memberi makan orang  yang berpuasa, maka baginya pahala seperti  orang  yang  berpuasa  tersebut,  tanpa  mengurangi  pahala  orang yang  berpuasa  itu  sedikit  pun  juga.”139 

5- Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan 

Dari Ibnu ‘Abbas  radhiyallahu  ‘anhuma, ia berkata, “Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa sallam  adalah  orang  yang  paling  gemar  melakukan  kebaikan.  Kedermawanan (kebaikan)  yang  beliau  lakukan  lebih  lagi  di  bulan  Ramadhan  yaitu  ketika  Jibril ‘alaihis  salam  menemui  beliau.  Jibril  ‘alaihis  salam  datang  menemui  beliau  pada setiap  malam  di  bulan  Ramadhan  (untuk  membacakan  Al  Qur’an)  hingga  Al Qur’an  selesai  dibacakan  untuk  Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam.  Apabila  Jibril ‘alaihi  salam  datang  menemuinya,  tatkala  itu  beliau  adalah  orang  yang  lebih cepat  dalam  kebaikan  dari  angin  yang  berhembus.”140 

Ibnul  Qayyim  rahimahullah  mengatakan,  “Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa sallam  lebih banyak  lagi melakukan  kebaikan  di bulan  Ramadhan.  Beliau memperbanyak sedekah, berbuat  baik, membaca  Al  Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.”141

126. HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095.
127. Al Majmu’, 6: 359.
128. HR. Ahmad 3: 12, dari Abu Sa’id Al Khudri. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya.
129.  HR. Bukhari no. 1921 dan Muslim no. 1097. 
130.  Fathul Bari, 4: 138. 
131.  Idem. 
132.  HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098. 
133.  HR. Abu  Daud no. 2356 dan Ahmad 3: 164. Syaikh Al  Albani mengatakan bahwa  hadits ini hasan shahih. 134.  Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 251-252. Juga lihat penjelasan Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad, 2: 48.
135.  HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16: 396. Syaikh Al  Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. 136.  Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194. 
137.  HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. 
138.  HR. Abu Daud  no. 2358, dari Mu’adz  bin Zuhroh. Mu’adz  adalah seorang tabi’in. Sehingga  hadits ini mursal  (di atas tabi’in  terputus).  Hadits mursal  merupakan hadits dho’if karena sebab  sanad yang terputus. Syaikh Al  Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4: 38) Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if  yaitu Daud  bin Az  Zibriqon, di  adalah  seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4: 37-38) Diantaraulamayangmendho’ifkanhaditssemacaminiadalahIbnuQoyyimAl Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2: 49) 
139.  HR. Tirmidzi  no.  807,  Ibnu  Majah no.  1746,  dan  Ahmad 5: 192.  At  Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al  Albani mengatakan 
bahwa hadits ini shahih.
140.  HR. Bukhari no 1902 dan Muslim 2308
141.  Zaadul Maad 2:25  

Sumber : Panduan Ramadhan | Bekal Meraih Ramadhan Yang Penuh Berkah karya Muhammad  Abduh Tuasikal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar